Rabu, Mei 27, 2009

Rangsang Anak Pandai Berbahasa

dikutip dari :By Republika Newsroom
Senin, 18 Mei 2009 pukul 13:24:00


JAKARTA-- Seiring dengan perkembangan teknologi, jarak antar negara semakin terasa dekat. Memiliki kemampuan berbahasa yang baik, terutama bahasa internasional, bisa menjadi aset luar biasa dalam kehidupan seseorang.

Menurut peneliti dari Universitas Harvard dan pencetus teori multiple intelegency, Dr Howard Gardner, kecerdasan berbahasa yaitu kecerdasan anak dalam mengolah kata. Misalnya, keterampilan meneritakan atau menggambarkan sesuatu atau kejadian dengan kata-kata. Bahkan jika ibu telaten kemampuan anak berbahasa akan memudahkan anak mempelajari bahasa asing.

Pakar perkembangan anak, Nejeela Shihab mengatakan, orang tua juga sebaiknya mengatahui di usia berapa kemampuan anak dalam berbahasa dimulai agar persiapannya dapat lebih baik. Pada usia dua hingga lima tahun timbul keingin tahuan anak terhadap banyak hal. Berbagai media dapat digunakan, misalnya buku bacaan anak atau tulisan yang terdapat sepanjang jalan.

"Interaksi dengan media makin beragam. Dengan media anak dapat dilatih menjadi pembuat pesan. Latih anak menceritakan kembali apa yang dia baca," saat 'Fun Seminar with Cikal' di RSIA Kemang Medical Care, pekan lalu.

Saat anak berusia enam hingga delapan tahun keterampilan mereka berbahasa lebih meningkat. Orang tua dapat melatih keterampilan dasar berbahasa anak. Salah satunya dengan menanatang anak untuk membuat jurnal perjalanan.

"Membuat jurnal perjalanan setelah mereka pulang liburan merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Selain itu juga melatih anak sebagai pembuat atau penyampai pesan," papar ketua yayasan Cikal itu.

Rangsangan yang terus menerus dari lingkungan menjadi kebutuhan pokok mengembangkan kecerdasan berbahasa anak. Selain itu kebutuhan fisik dan emosi anak dapat terpenuhi dengan mengajak anak mengobrol, menyanyi, atau menceritakan dongeng. Untuk itu, menurut Najeela lebih baik anak diajak mengobrol daripada menonton saat di rumah atau di kendaraan pribadi.

Kebutuhan fisik penting untuk pertumbuhan otak, sistem motorik dan sensorik. Sedangkan kebutuhan emosi penting untung mempengaruhi kecerdasan emosi, hubungan interpersonal dan intrapersonal. Kesimbangan kecerdasan yang dimiliki anak tentunya akan berdampak baik di masa yang akan datang. Anak dapat dengan mudah bersosialisasi dengan teman-temannya.

Kemampuan Logika

Anak yang memiliki kecerdasan berbahasa maka kemampuan logika berpikirnya pun akan berjalan dengan baik. Untung itu menjadi hal yang tidak sulit bagi orang tua untuk mengajari bahasa asing pada anak. Orang tua dapat bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa asing, misalnya bahasa Inggris.

Psikolog anak dari I Love My Psychologist, Dra.Psi.Heryanti Satyadi M.Si membenarkan mengajari anak berbahasa Inggris sedini mungkin memang lebih baik.

Heryanti mengatakan ajarkan anak secara bertahap dalam menerima bahasa baru. Misal dari kegiatan sehari-hari melalui gambar atau sapaan sederhana seperti "Good morning" atau "How are you today?". Karena untuk mengajarkan anak mempelajari bahasa Inggris lebih formal seperti membaca dan menulis dibutuhkan waktu khusus.

”Cara yang paling mudah mengajarkan anak berbahasa Inggris adalah dengan menggunakannya untuk berkomunikasi dengannya dalam situasi sehari-hari, mengajaknya bercakap-cakap,membacakan buku, menulis surat kepadanya, dan sebagainya,”ujar psikolog yang juga ibu dari 2 anak ini.

Namun yang perlu diingat orang tua adalah kematangan anak dalam mempelajari bahasa asing. Sekiranya anak belum siap untuk menerima multi bahasa, jangan memaksakannya. Karena hal tersebut justru dapat membuat anak mengalami kebingungan bahasa. (cr1/rin)

Tokoh Lintas Agama Jatim Doakan Pilpres Damai

Dikutip dari :By Republika Newsroom
Rabu, 27 Mei 2009 pukul 07:37:00


SURABAYA--Ribuan umat dan tokoh lintas agama se-Jawa Timur akan mengadakan doa bersama agar Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2009 berjalan damai, tertib, dan lancar.

"Sebagai umat yang religius, kami mengadakan doa bersama untuk mendorong kerja sama antaragama dan mendoakan pilpres," kata tokoh Kristiani, Dr Hana Amalia Vandayani Ananda, di Surabaya.

Didampingi ulama Surabaya KH Noehan Affandi, ia mengatakan doa bersama itu akan dilakukan dalam Gebyar Budaya "Indonesia Bangkit" di Sibec ITC Mega Grosir, Surabaya pada 27 Mei pukul 17.00 WIB.

"Doa bersama itu sebenarnya digelar secara rutin untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-101, tapi karena menjelang pilpres, maka doa bersama juga untuk itu," katanya.

Menurut dia, setiap warga negara harus menggunakan hak pilih dan menerima bila capres/cawapres yang dipilihnya ternyata kalah, sebab capres/cawapres yang menang adalah milik banyak orang.

"Yang terpenting bukanlah pilpres, tapi bagaimana bangsa Indonesia tetap menghargai perbedaan dalam banyak hal. Bangsa Indonesia jangan sampai dijajah kebencian satu sama lain," katanya.

Ia menyatakan kebersamaan umat lintas agama diharapkan akan dapat meningkatkan kebersamaan antarumat beragama dan akhirnya menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme untuk melawan kemiskinan.

"Kita harus bangkit secara bersama-sama untuk melawan penjajah dalam bentuk kemiskinan dan kebodohan, karena itu mari kita bergandeng tangan tanpa melihat perbedaan di antara kita," katanya.

Senada dengan itu, ulama Surabaya yang juga penasihat tokoh lintas agama di Surabaya, KH Noehan Affandi, menyatakan masyarakat Jatim dapat menjadi contoh dalam kebersamaan.

"Bahkan, di negara lain seperti Singapura, pertemuan lintas agama hanya terjadi saat diundang pemerintah. Berbeda dengan Indonesia yang mengadakan pertemuan setiap saat," katanya.

Di Surabaya sendiri, katanya, kebersamaan tokoh lintas agama terbentuk sejak 1984 saat ada umat Kristiani yang terganggu dengan suara azan yang terdengar dari mesjid di sebelahnya.

"Kejadian itulah yang akhirnya membuat umat Kristiani tertarik untuk datang ke mesjid atau saya menghadiri undangan dari umat Kristiani, meski awalnya banyak protes dialamatkan kepada saya," katanya.

Kebersamaan itu akhirnya terwujud dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas (20 Mei) dari tahun ke tahun secara bersama-sama, sekaligus memperingati Hari Lahir Pancasila (1 Juni) dan HUT Kota Surabaya (31 Mei).

Sementara itu, penata acara "Gebyar Nusantara" Jonathan Christ Wibisono mengatakan acara itu akan dihadiri sekitar 5.000 orang dari kalangan pejabat, tokoh lintas agama, pengusaha, pemerhati budaya, pelajar, dan umat lintas agama dari dalam dan luar negeri.

"Acaranya akan dimeriahkan dengan hadrah, shalat maghrib, doa bersama, tari remo, lagu kebangsaan Indonesia Raya, pembacaan teks Pancasila, sendratari Untung Suropati, parade tradisi se-Indonesia, nyanyian Leo Kristi, keroncong klangenan, barongsai, dan tamborin," katanya.ant/kem

Senin, Mei 25, 2009

Riana Helmi Dokter Termuda Indonesia By Republika Newsroom Minggu, 24 Mei 2009 pukul 14:37:00

YOGYAKARTA--"Alhamdulillah , saya bisa jadi wisudawan termuda," ucap Riana Helmi, dengan wajah berseri, seusai diwisuda di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, Selasa (19/5) lalu.Wajah kedua orangtuanya, Ajun Komisaris Helmi dan Rofiah, pun ikut berseri, dan tentu merasa bangga. Betapa tidak. Dalam usia yang belum genap 18 tahun -- tepatnya 17 tahun 11 bulan -- Riana berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran UGM, dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yaitu 3,67.

Dengan prestasinya yang luar biasa itu Riana tercatat sebagai pemegang rekor dokter termuda di Indonesia. Rektor UGM Soedjarwadi pun memuji prestasi gadis kelahiran Banda Aceh, 22 Maret 1991, itu, menyampaikan selamat dan memintanya untuk berdiri, diiringi tepuk tangan dan decak kagum para wisudawan dan hadirin.

Cerdas
Sejak kecil Riana memang dikenal cerdas. Pada tiap jenjang pendidikan, sejak SD sampai SMA, ia selalu berhasil lulus dengan percepatan. Usianya pun baru 14 tahun lewat tiga bulan -- atau setara dengan pelajar kelas II SMP pada umumnya -- ketika ia diterima di Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS) pada September 2005.

Hebatnya, Riana dapat nyelesaikan kuliah hanya dalam waktu tiga tahun enam bulan, lebih cepat dari umumnya mahasiswa fakultas kedoteran lain, yang rata-rata paling cepat menyelesaikan kuliahnya dalam waktu empat tahun. "Saya belajar dengan sungguh-sungguh, dan Alhamdulillah semua mata kuliah dapat saya selesaikan dengan lancar," akunya.

Sejak masuk UGM, tentu Riana juga tercatat sebagai mahasiswa termuda di Indonesia. Usia para mahasiswa lain seangkatannya rata-rata empat tahun lebih tua dibanding usianya. Perawakannya yang kecil pun membuatnya tampak paling imut di antara kawan-kawannya.

Meskipun begitu, Riana mengaku tidak banyak menghadapi kendala dalam menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain yang lebih tua dan rata-rata berbadan lebih besar. "Saya menganggap mereka sebagai kakak. Alhamdulillah, mereka baik-baik," ujarnya.Selama menjalani masa kuliah, Riana hanya sekali merasa berat ketika menghadapi tugas yang begitu banyak. "Kesulitan karena tugas sangat banyak sih ada, tapi syukurlah semua bisa saya atasi," katanya.

Menyelesaikan skripsi tentang kanker payudara, dan berhasil lulus dalam usia yang masih sangat muda, Riana masih ingin melanjutkan kulaihnya. Alumnus SMA Negeri 3 Sukabumi ini mengaku akan mengambil pendidikan spesialis dokter kandungan. "Saya memang bercita-cita ingin jadi dokter kandungan," akunya.

Gemar membaca
Kecerdasan Riana sudah tampak sejak usia Balita. "Sejak usia tiga tahun, dia sudah lancar membaca," kata sang ayah, Helmi, perwira polisi pendidik di Sekolah Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat.Sejak kecil, menurut Helmi, rasa ingin tahu Riana juga sangat besar. Dan, berbeda dengan anak-anak lain yang lebih suka bermain, Riana malah lebih gemar belajar. "Meskipun tidak ada yang menyuruh, sebagian besar waktu luangnya justru dia isi dengan membaca," katanya.

Karena sudah pandai membaca sejak usia tiga tahun, pada usia empat tahun Riana sudah diterima masuk SD di Garut. Dan, tiap ditanya soal citanya, Riana selalu menjawab ingin menjadi dokter. "Anak kecil kalau ditanya soal cita-cita kan banyak yang ingin jadi dokter. Nah, cita-cita itu terus melekat dalam hati saya. Alhamdulilah , akhirnnya kesampaian juga" akunya.

Ketika masuk SD, karena masih amat mungil, pada awalnya Riana sempat hanya dianggap sebagai anak bawang . Semula dia masuk SD Ciwaringin 4 Garut, kemudian pindah ke SD Sriwedari, Sukabumi, karena ayahnya pindah tugas ke kota agrindustri ini. Jenjang pendidikan SD dia lalui hanya dalam waktu lima tahun, melalui program percepatan (akselerasi).

Masuk SMP Negeri 1 dan melanjutkan ke SMA Negeri 3 Sukabumi, dia juga mengikuti program akselerasi. Masing-masing jenjang ditempuhnya hanya dalam waktu dua tahun. "Kalau SMP dua tahun itu enak, bisa ngirit waktu. Masuk SMA juga ikut program akselerasi, sehingga bisa selesai cepat," tuturnya. Sejak SD, Riana sudah menyukai pelajaran matematika dan mengaku malas jika belajar secara hafalan, apalagi menggambar. "Daripada hafalan, lebih baik eksak, lebih suka yang pasti-pasti," akunya.

Jadi dosen
Selain bercita-cita menjadi dokter, anak sulung dari tiga bersaudara ini juga ingin menjadi dosen. Alasannya, agar bisa terus belajar dan mengajarkan, dan terus terdorong untuk menambah pengetahuan. "Selain memberi ilmu ke orang kita juga bisa tambah ilmu," katanya.

Riana mengaku peran orang tua sangat besar dalam membimbingnya belajar. Tapi, menurutnya, orang tuanya tidak pernah memaksanya untuk selalu mendapat nilai bagus. "Malah Mama sering nyuruh Riana main, jangan belajar terus. Cuma Riana saja yang sadar, ingin memberi yang terbaik untuk orang tua," katanya.yul/ayh/kem